[K.O.K] – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang dipenuhi ambisi material, kematian sering menjadi topik yang dihindari.
Namun, bagi umat Islam, mengingat mati bukanlah momok menakutkan, melainkan pengingat tajam untuk mempersiapkan bekal akhirat.
Kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, masterpiece tasawuf abad ke-13, menawarkan renungan mendalam tentang ini, dengan penekanan pada amal baik sebagai jembatan dunia-akhirat.
Ibnu Athaillah mengkritik keras “kematian hati” yang sering menimpa manusia. Dalam hikmahnya, beliau menyatakan, “Di antara tanda matinya hati adalah tidak merasa sedih atas hilangnya kesempatan untuk berbuat baik, dan tidak merasa menyesal atas dosa yang telah diperbuat.”
Kutipan ini seperti tamparan bagi mereka yang sibuk mengejar harta, jabatan, dan kesenangan sementara, tapi lalai terhadap shalat, sedekah, atau kebaikan sosial. Jika hati sudah “mati“, apa bedanya dengan tubuh yang akan segera menyusul?
Duniawi yang menipu membuat manusia lupa bahwa setiap detik adalah kesempatan berbuat amal baik dengan waktu yang terus berjalan. Lebih lanjut, Al-Hikam menekankan bahwa amal baik bukan sekadar rutinitas, tapi investasi akhirat.
Beliau mengingatkan, “Barangsiapa bertaubat sejam sebelum kematian, Allah akan menerima taubatnya.”
Bagaimana dengan manusia yang masih dalam gaya hidup hedonis yang mengabaikan taubat dan keikhlasan. Bayangkan, berapa banyak kesempatan amal yang terlewat karena scroll media sosial atau meeting bisnis?
Ibnu Athaillah seolah bertanya,“Apakah Anda sudah siap menghadap Allah dengan tangan kosong?”
Renungan ini relevan hari ini, di mana sudah banyak teman dan handai taulan yang sudah meninggalkan kita, mengingatkan kematian bisa datang kapan saja. Apa yang seharusnya kita lakukan?
Berbuat amal baik dengan membantu sesama, tingkatkan ibadah, dan tinggalkan warisan kebaikan, bukan dengan kemewahan, tapi ketakwaan.
Seperti kata Ibnu Athaillah, amal ikhlas adalah ruh yang menghidupkan segala perbuatan.
Mari kita renungkan kematian bukan untuk takut, tapi untuk bertindak. Apakah hati kita masih hidup? [w4-1]
